Nafsu itu adalah keinginan manusia yang tersirat dalam akal pikirannya. Nafsu ada yang baik, yaitu nafsu yang tidak bertentangan dengan hati nurani serta perintah-perintah dan larangan-larangan yang Allah tetapkan. Namun ada pula nafsu yang buruk, yaitu nafsu yang hanya untuk memenuhi keinginan pikirannya saja, tanpa melibatkan hati nurani dan ketetapan Allah. Berikut ini adalah jenis-jenis nafsu menurut Islam.
Nafsu terbagi
menjadi 3, yaitu:
1.
NAFSU
AMAROH
Nafsu ini memerintahkan seseorang kepada kburukan,dan apabila
memerintah kepada kebaikan maka hasil akhirya juga buruk.
memerintah kepada kebaikan maka hasil akhirya juga buruk.
ﺇﻥ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻷﻣﺎﺭﺓ
ﺑﺎﻟﺴﻮﺀ
"sungguh nafsu/jiwa itu memerintahkan pd kburukan"
Nafsu yang berbangga
apabila membuat sesuatu kemungkaran. Orang yang melakukan nafsu ini adalah dari golongan yang bermaksiat di mata
dan di hatinya. Dan mereka adalah golongan ahli neraka.
ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul amarah cenderung
mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan rendah. Keberadaan nafsu
ini Disebutkan dalam Surat Yusuf ayat 53:
وَمَا
أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ
رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ.
"Dan
aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"[1]
Nafsu ini sangat condong pada kejahatan. Alamnya adalah alam
kebendaan, merasa mampu mengatur gerak lahir saja dengan tidak ada sangsi
apa-apa kecuali sangsi yang bersifat lahiriah. Ia senantiasa memandang bagian
luar saja, ia bersifat jahil, kikir, takabbur, loba, gemar berkata-kata yang
tidak bermanfaat, pemarah, suka makan, dengki, lupa diri, buruk perangai, suka
menyakiti manusia sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan dan
lain-lain.[2]
Untuk mengobati nafsu ammarah,
hendak didawamkan berzikir LA ILAAHA ILLALLAH sebanyak-banyaknya. Zikir
itu ibarat senjata yang tajam yang berguna untuk memerangi amarah.
2.
NAFSU
LAWAMAH
Nafsu Lawwamah adalah
potensi/dorongan/hasrat/nafsu yang berusaha dikendalikan sesuai perintah Tuhan.
Manusia yang memiliki nafsu lawwamah mereka akan labil.
Di satu saat dia mengikuti akalnya,
di saat yang lain dia mengikuti nafsunya. Namun kecenderungannya dia akan
mengikuti nafsunya lebih besar daripada akalnya. Ketika seseorang memerangi
nafsu ini & ditekan terus supaya nafsu ini ikut pd suatu yg benar menurut
sari'at ,maka seorang pun takkan mampu mengalahkan nafsu ini. Kemudian nafsu
ini akan kmbali ke pemiliknya dgn dicela.an. Nafsu ini menyadari apabila melakukan suatu
kemungkaran. nafsu mereka tetap dilakukan walau mereka tahu itu salah.
Nafsu ini
sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang dilakukan
atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam Surat Al
Qiyamah ayat 2:
وَلَا
أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ الَّوَّامَةِ
"Dan
aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)"[3]
Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali
perbuatan buruknya, dia sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang
keliru. Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan
tidak terulang lagi.
Nafsu ini setengah jahat. Alamnya
adalah alam barzah, yakni alam kubur. Ia ingat akan adanya mati, kelakuannya
kadang-kadang rindu kepada Allah, rindu kepada ibadat, menjaga
hatinya dari kejahatan. Ia kadang-kadang menyesal terhadap kesalahannya, tetapi
masih saja bersifat ujub, riya', banyak fikir, dan senang merintangi manusia
yang akan berbuat baik. Ia senang namanya terkenal dimana-mana, dan senang
menjadi pemimpin orang banyak. Namun sebaliknya ia tidak ketinggalan untuk
bersedekah, puasa, shalat, tetapi ibadahnya masih bercampur dengan syirik
khafi, yaitu syirik yang tersembunyi. Untuk mengobati nafsu lauwamah
adalah dengan memperbanyak zikir ALLAH, ALLAH, ALLAH dengan disertai
taubat.
3.
NAFSU
MUT'MAINAH
Nafsu Mutmainah adalah potensi/dorongan/hasrat/nafsu yang sudah terkendali/sesuai
perintah
Tuhan. Tingkat nafsu yang kempat adalah nafsul Muthmainnah, keberadaan nafsu
ini disebutkan dalam Surat Al fajr 27-31 :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي
إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّ
فَادْخُلِي
فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
"Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam surga-Ku."[4]
Orang yang telah mencapai tingkat
ini jiwanya jadi tenang , penuh rasa tawakkal, ridha dengan semua ketetapan
Allah, tidak disentuh rasa duka, sedih dan cemas. Manusia yang memiliki nafsu
mutmainah nafsunya akan selalu mengikuti akalnya sehingga ia selalu
berhati-hati tidak terburu-buru dan gegabah menuruti keinginan nafsunya.
Manusia-manusia inilah yang diseru Allah untuk memasuki surga-Nya
Berikut dalam Al Qur’an Surat As
Sajdah (32) 15-16 disebutkan bagaimana orang-orang beriman telah memaksa nafsu
mereka:
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ
إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ
لَا يَسْتَكْبِرُونَ
تَتَجَافَىٰ
جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan
dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih memuji Tuhannya,
sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan harap, dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”[5]